Jumat, 20 Mei 2016

Bukti Audit


 
BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Relevansi, obyektifitas, ketepatan waktu, dan keberadaaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Ø  Keputusan auditor tentang bukti audit
1.      Prosedur audit
 Instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh selama audit berlangsung.
2.      Ukuran sampel:
Auditor kemudian harus menentukan ukuran sampel yang dipilih dari populasi. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan diuji harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan.
3.      Unsur yang dipilih
Setelah ukuran sampel untuk suatu prosedur audit ditetapkan, auditor harus memutuskan unsur-unsur mana dalam populasi yang akan diuji.
4.      Saat pelaksanaan prosedur
Penerapan prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi.
Program audit
Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau keseluruhan audit, berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mrncakup ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian.
Ø  Karakteristik bukti audit
1.      Ketepatan bukti
Ukuran kualitas bukti, yakni relevansi bukti dan reliabilitasnya.
o   Relevansi bukti: bukti harus berkaitan dengan tujuan audit yang harus diuji terlebih dahulu oleh auditor sebelum bisa disebut bukti yang tepat.
o   Reliabilitas: tingkat kepercayaan suatu bukti
a.       Independensi pembuat bukti: bukti dari luar entitas lebih dipercaya daripada bukti dalam entitas yang diaudit.
b.      Ekektifitas pengendalian internal klien: jika pengendalian internal perusahaan klien baik, bukti lebih bisa dipercaya.
c.       Pengetahuan langsung auditor: bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih bisa dipercaya.
d.      Kualifikasi individu pemberi informasi: kualifikasi individu memengaruhi tingkat kepercayaan informasi.
e.       Tingkat obyektifitas: bukti obyektif lebih bisa dipercaya.
f.        Ketepatan waktu: bukti lebih dapat dipercaya apabila semakin dekat dengan tanggalnya.
2.      Kecukupan bukti
Ukuran kuantitas bukti audit. Dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko salah saji material dan kualitas bukti itu sendiri. Terutama diukur dengan ukuran sampel yang dipilih auditor.
3.      Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit
Ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas bukti. Kecukupan berkaitan dengan jumlah. Ketepatan dan kecukupan dipengaruhi risiko yang ada pada klien.
4.      Sumber bukti audit
Bukti-bukti harus berkaitan dengan pengetahuan tentang klien, informasi dari luar klien, sistem akuntansi, dan kualitas pengendalian internal.
5.      Prosedur untuk memperoleh bukti audit
o   Inspeksi: mencakup pemerikasaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun eksternal dalam bentuk apapun. Caranya adalah denga dokumentasi, yaitu inspeksi yang dilakukan pada dokumen-dokumen klien yang berii informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Dokumen dikelompokkan menjadi dokumen internal (dibuat dan digunakan oleh organisasi klien dan lansung diarsipkan, tidak pernah dipakai pihak lain) dan dokumen eksternal (dokumen yang dibuat pihak luar tapi berada di tangan klien)
o   Observasi: terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain. Observasi memberikan bukti audit tentang suatu pelaksanaan proses atau prosedur, namun hanya pada titik tertentu saat observasi dilaksanakan.
o   Konfirmasi Eksternal : merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengkonfirmasi) dalam bentuk kertas, atau secara elektronik, atau media lain.
o   Penghitungan Ulang : Meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian atas ketelitian perhitungan dan mencangkup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil perkalian dalam faktur penjualan atau persediaan, penjumlahan dalam jurnal dan buku pembantu, dan pengecekan perhitungan beban depresiasi atau beban dibayar dimuka. Rekalkulasi dilakukan auditor dengan bantuan perangkat lunak komputer untuk pengauditan.
o   Pelaksanaan Kembali (Reperformance) : Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari akuntansi klien dan sistem pengendalian internal.
o   Prosedur Analitis : Terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data non keuangan.  Prosedur analitis juga meliputi investigasi atas fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Berbagai tipe prosedur analitis :
1.     Memahami Bidang Usaha dan Bisnis Klien
2.     Menilai kelangsungan Usaha Bisnis Klien
3.    Menunjukan Kemungkinan Adanya Kesalahan Penyajian dalam    Laporan keuangan
4.     Mengurangi Pengujian Audit yang Rinci
o    Permintaan Keterangan : Terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan, didalam atau diluar entitas. Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk prosedur audit lainnya. Permintaan keterangan dapat dalam bentuk resmi secara tertulis maupun secara lisan.
6.Biaya untuk Mendapatkan Bukti
Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor pada saat klien melakukan perhitungan aset yang sering kali dilakukan pada akhir tahun buku. Konfirmasi menjadi mahal karena auditor harus mengikuti prosedur dengan teliti sejak dari penyiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara elektronik, penerimaan jawaban, dan melakukan tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak memberi jawaban, atau jawaban yang menunjukan selisih.
           7.Istilah yang digunakan dalam Prosedur Audit
Prosedur audit adalah langkah-langkah detil, biasanya berbentuk instruksi tertulis, untuk mengumpulkan kedelapan tipe bukti audit. Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan prosedur audit  ialah :
1.Periksa : suatu studi detil atas dokumen atau catatan untuk menentukan fakta tertentu.
2. Scan : Pemeriksaan tidak terlalu detil atas dokumen atau catatan untuk memastikan ada tidaknya sesuatu yang tidak biasa dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
3. Baca : Pemeriksaan atas informasi tertulis untuk memastikan fakta-fakta yang berhubungan dengan audit.
4. Hitung : Suatu perhitungan yang dilakukan oleh auditor.
5. Hitung Ulang : Suatu perhitungan yang dilakukan auditor untuk memastikan kebenaran hasil perhitungan yang dilakukan klien.
6. Jumlahkan Menurun : Penjumlahan suatu kolom untuk memastikan apakah hasilnya sama dengan hasil penjumlahan oleh klien.
7. Telusur : Suatu instruksi yang biasanya berhubungan dengan dokumentasi dan mengerjakan ulang.
8. Bandingkan : Pembandingan informasi dalam dua lokasi berbeda.
9. Observasi : Tindakan mengobservasi atau melakukan pengamatan langsung atas suatu aktivitas.
10. Meminta Keterangan : Tindakan mengajukan pertanyaan kepada klien atau pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis.
11. Mencocokan ke Dokumen : Penggunaan dokumen untuk memeriksa kebenaran pencatatan transaksi atau jumlah rupiahnya.

Materi Asersi dalam Laporan Keuangan



ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
Asersi adalah representasi manajemen, secara eksplisit maupun implisit yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan.
Asersi-asersi ini berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari berbagai unsur laporan keuangan. Asersi-asersi ini disingkat dengan satu kata bahasa inggris seperti: completeness (lengkap), existence (ada), occurence (terjadi), accuracy (akurat), valuation (sesuai dengan kaidah pelaporan keuangan yang berlaku), dan seterusnya.
Ø  Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit
1.      Occurence: transaksi dan peristiwa sudah dicatat, memang terjadi dan dari entitas yang bersangkutan.
2.      Completeness: transaksi dan peristiwa yang harus dicatat sudah dicatat.
3.      Accuracy: angka, jumlah, dan data lain pada transaksi dicatat dengan akurat.
4.      Cut-off: transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
5.      Classification: transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.
Ø  Kelompok asersi untuk saldo akun pada akhir periode yang diaudit
1.      Exisitence: aset, kewajiban, dan ekuitas benar ada.
2.      Right and obligation: entitas memiliki dan menguasai aset, dan utang merupakan kewajiban entitas.
3.      Completeness: aset, kewajiban, ekuitas yang harus dicatat sudah dicatat.
4.      Valuation and allocation: aset, kewajiban, ekuitas dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar dan semua penyeseuaian dan alokasi dicatat dengan benar.
Ø  Kelompok asersi yang berhubungan dengan pengungkapan dan penyajian
1.      Occurence, right, obligation: transaksi, peristiwa, hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan keuangan memang terjadi dan berkaitan.
2.      Completeness: semua pengungkapan yang harus dicantumkan sudah dicantumkan dalam laporan keuangan.
3.      Classification and understandability: informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat dan pengungkapan dinyatakan dengan jelas.
4.      Accuracy and valuation: informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan wajar dan dalam jumlah benar.

Asersi Gabungan
Penggabungan asersi dalam empat kombinasi, memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan presentasi serta pengungkapan).

Penggabungan Asersi
Asersi Gabungan
Jenis Transaksi
Saldo Akun
Presentasi dan Pengungkapan
C-Completeness
Completeness
Completeness
Completeness
E-Existence
Occurrence
Existence
Occurrence
A-Accuracy and Cut-off
Accuracy Cut-off Classification
Right and Obligations
Accuracy Rights and Obligations Classification Understandability
V-Valuation

Valuation and Allocation
Valuation



Penjelasan Asersi Gabungan
1.      C-Completeness : Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup.
2.      E-Existence : Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.
3.      A-Accuracy and cut-off : Semua kewajiban, pendapatan, beban, dan hak atas aset merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar.
4.      V-Valuation : Aset, kewajiban, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai dalam laporan keuangan. Penyesuaian untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya.

Asersi dalam Auditing
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji pada :
a.       Tingkat laporan keuangan
b.      Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya
Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasif (tersebar luas) dan karenanya mencangkup semua asersi. Asersi juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.
Penilaian Risiko di Tingkat Asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu pada saat tertentu atau untuk transaksi tertentu pada suatu periode tertentu dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Auditor menggunakan asersi untuk :
a.       Menetukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi
b.      Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material, dan
c.       Merancang prosedur audit selanjutnya sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai.
Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko salah saji ?
Risiko salah saji material merupakan kombinasi dari risiko bawaan dan risiko pengendalian. Oleh karena itu, proses penilaian meliputi keduanya. Mengenai risiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana. Ia kemuadian menilai seberapa besar kemungkinan terjadi risiko ini. Sedangkan mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan apakah ada pengendalian intern yang relevan untuk mencegah dan menekan assessed risks dan dampaknya terhadap asersi terkait.
Apa prosedur Audit Selanjutnya ?
Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assessed risks untuk setiap asersi terkait.